Rabu, 18 April 2018

Laporan Ekonomi Media Cetak Harian Amanah Makassar



EKONOMI MEDIA
MEDIA CETAK HARIAN AMANAH








OLEH :
Utami Istianah
(50500116104)
Dewi Irma Yana Sari
(50500116099)
Sulfahmi
(50500116100)
Ahmadin
                                          (50500116102)
Akil Sahur Pratama Putra
                                          (50500116107)


JURNALISTIK C
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2017



DAFTAR PUSTAKA
Febrina, Noni. 2010. “Ekonomi Politik Media”, http://nonifebrina.blogspot.co.id/2010/03/ekonomi-politik-media.html, diakses pada Jum’at, 01 Desember 2017 pukul 22.30.
Fatoni, Ahmad. 2010. “Ekonomi Media”, https://ahmadfatoniofficial.wordpress.com/2010/05/03/ekonomi-media/, diakses pada Jum’at, 01 Desember 2017 pukul 22.30.
Nugroho, Alip. 2013. “Iklan”, https://alipnugroho.wordpress.com/2013/07/01/makalah-iklan/, diakses pada Jum’at, 01 Desember 2017 pukul 22.30.


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam. Yang telah memberikan kami kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan Makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, beserta keluarga dan para sahabatnya serta para pengikutnya yang setia sampai hari kemudian.
Makalah ini kami buat dengan maksud untuk menunaikan tugas kami di mata kuliah Ekonomi Media “Media Cetak Harian Amanah di Makassar”. Kami harap penyusunan dalam bentuk Proposal ini akan memberi banyak manfaat dan memperluas ilmu pengetahuan kita.
Dan kami menyadari di dalam penyusunan ini mungkin masih belum sempurna dan terdapat kesalahan dalam penyusunannya, kami mohon untuk bimbingan dan kritik serta saran yang bersifat membangun.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT kami mohon, semoga usaha ini merupakan usaha murni bagi-Nya dan berguna bagi kita sekalian sampai hari kemudian.

Gowa, 01 Desember 2017

            Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar .................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan ............................................................................................. 1
A.    Latar Belakang ....................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C.     Tujuan dan Manfaat Penulisan................................................................ 2
Bab II Pembahasan ............................................................................................ 3
A.    Ekonomi Politik Media .......................................................................... 3
B.     Syarat, Fungsi dan Jenis Iklan................................................................. 8
C.     Media Cetak Harian Amanah di Makassar........................................... 13
Bab III Penutup ............................................................................................... 17
A.    Kesimpulan............................................................................................ 17
B.     Saran...................................................................................................... 18
Daftar Pustaka






BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Perkembangan media massa modern menempatkan media tidak lagi dipahami dalam konteks sebagai  institusi sosial dan politik belaka melainkan juga harus dilihat dalam konteks institusi ekonomi. Fakta menunjukkan bahwa media telah tumbuh bukan saja sebagai alat sosial, politik dan budaya tapi juga sebagai perusahaan yang menekankan keuntungan ekonomi. Institusi media harus dinilai sebagai dari system ekonomi yang juga bertalian erat dengan system politik. Inilah yang dimaksudkan bahwa media mempunyai dwi karakter yang tak terpisahkan: karakter sosial-budaya-politik dan karakter ekonomi. Faktor ekonomi rupanya menjadi faktor penentu dalam mempengaruhi seluruh perilaku media massa modern. Faktor pasar bebas dalam seluruh proses komunikasi massa memberikan kontribusi yang tidak sedikit dalam membentuk faktor persaingan dan tuntutan ekonomi menjadi pertimbangan bagaimana media massa kontemporer dibentuk dan dikelola.
Kita tidak bisa memahami industry media tanpa memahami kekuatan yang mempengaruhi media terlebih dahulu. Bagian-bagian dari sebuah institusi media tidak pernah bekerja di luar konteks social yang luas, termasuk konteks ekonomi.
Ekonomi media mempelajari bagaimana industry media memanfaatkan sumber daya yang terbatas untuk memproduksi konten dan mendistribusikannya kepada khalayak dengan tujuan memenuhi beragam permintaan dan kebutuhan akan informasi dan hiburan.
Media massa selain menjadi representasi ruang public yang penuh dengan dinamika social, politik dan budaya juga menjadi kekuatan ekonomi yang mampu menghasilkan surplus. Media menjadi medium iklan utama dan karenanya menjadi penghubung dan konsumsi, antara produsen barang dan jasa dengan masyarakat.
B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang mengenai ekonomi media, maka rumusan masalah yang di angakat adalah :
1.         Bagaiman Ekonomi Politik Media?
2.         Bagaimana Syarat, Fungsi, dan Jenis Iklan?
3.         Bagaimana Hasil Laporan Wawancara Media Cetak Harian Amanah?
C.      Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.         Pembaca dapat mengetahui Ekonomi Politik Media.
2.         Pembaca dapat mengetahui Syarat, Fungsi dan Jenis iklan.
3.         Pembaca dapat mengetahui Sumber Pendapatan Media Cetak Harian Amanah di Makassar.

BAB II
PEMBAHASAN
A.     Ekonomi Politik Media
Dalam melakukan kajian terhadap media massa sebagai industri, kita dapat melakukan kajian berdasarkan teori ekonomi politik media. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Garnham, institusi media harus dinilai sebagai bagian dari sistem ekonomi yang juga bertalian erat dengan sistem politik. Kualitas pengetahuan tentang masyarakat yang diproduksi oleh media untuk masyarakat, sebagian besar dapat ditentukan oleh nilai tukar pelbagai ragam isi dalam kondisi yang memaksakan perluasan pesan, dan juga ditentukan oleh kepentingan ekonomi para pemilik dan penentu kebijakan.[1]
Pembicaraan mengenai sistem ekonomi selalu akan terkait dengan masalah kapital atau modal dari para pemilik media. Karl Marx menyatakan bahwa kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang memungkinkan beberapa individu menguasai sumberdaya produksi vital yang mereka gunakan untuk meraih keuntungan maksimal. Mengenai kaitan kapitalisme dan media massa, dikatakan oleh Stuart Hall bahwa media massa merupakan sarana paling penting dari kapitalisme abad 20 untuk memelihara hegemoni ideologis. Media massa juga menyediakan kerangka berpikir bagi berkembangnya budaya massa lewat usaha kelompok dominan yang terus menerus berusaha mempertahankan, melembagakan, melestarikan kepenguasaan demi menggerogoti, melemahkan dan meniadakan potensi tanding dari pihak-pihak yang dikuasai.[2]
Salah satu upaya yang dilakukan oleh media massa untuk terus berkuasa adalah dengan pemanfaatan teknologi informasi. Lewat pengusaan TI tersebut, media massa dapat melakukan efisiensi yang berpengaruh terhadap daya saing media tersebut dalam konteks persaingan industri media. Efisiensi dapat dilakukan terhadap proses produksi maupun distribusi content media yang dapat dilakukan dalam waktu yang cepat, bahkan sampai pada struktur organisasi yang semakin ramping.
Perkembangan TI dalam industri media massa, membawa perubahan yang cukup signifikan terhadap karakteristik media massa. Bahkan kemudian perbedaan karakteristik tersebut telah menjadi determinan antara media massa yang selama ini kita kenal (media massa konvensional) dengan media baru yang memiliki karakteristik yang berbeda akibat pengadopsian teknologi informasi.
PERSPEKTIF TEORETIS
Alternatif teori ekonomisasi media. Perspektif teoretis yang bisa membantu kita memahami fenomena ekonomisasi media massa modern.
·           Perspektif Pertama
Perspektif ekonomi dan industrial yang memahami keterpilahan dan ragam ciri perusahaan media berdasarkan ragam perbedaan media dan konteks.
·           Perspektif Kedua
Lebih merupakan teori alternatif dari perspektif di atas, yaitu perspektif ekonomi politik media yang berkonsentrasi pada masalah kapitalisasi dan komersialisasi media.
·           Perspektif Ketiga
Perspektif normatif dalam memahami media. Perspektif ini berfokus pada masalah struktur media dengan kepentingan publik.
·           Perspektif Keempat
Perspektif institusi media dengan titik pandang media profesional.
Keempat perspektif ini bisa dipahami dengan meletakkan media massa sebagai pusat lingkaran dari tiga irisan yang saling berhubungan, yaitu politik, ekonomi dan teknologi.
Picard menjelaskan bahwa industry media tergolong unik karena media bermain dalam dua pasar sekaligus. Hal ini terjadi karena produk media termasuk “barang” sekaligus “jasa”. Dalam pasar yang pertama, media menjual “barang” kepada khalayak berupa surat kabar, program radio maupun televise, majalah,buku,film, dan lainnya. sedangkan pada pasar kedua media menjual “jasa” kepada pengiklan untuk mempromosikan produk mereka kepada khalayak luas. Media massa sendiri sangat bergantung pada pengiklan sebagai sumber utama pendapatan mereka. Kondisi hubungan seperti itu membuat membuat kedua pasar ini saling mempengaruhi dimana ketika permintaan atau konsumsi suatu produk media meningkat maka simakin banyak pula pengiklan yang ingin berpromosi di media tersebut dan media jadi di untungkan.
Dalam prespektif ekonomi dewasa ini hubungan antara media dengan khalayak tidak lagi bisa dipandang hanya satu arah, dimana sebelumnya media berada pada posisi lebih dominan McQuail berpendapat hubungan antara media dengan public harus dibentuk berdasarkan minat,harapan, dankeinginan khalayak. Kemampuan mengamati hubungan tesebut merupakan aspek keterampilan professional yang mananfaatkan “masukan” dari khalayak diantaranya melalui kontak pribadi pekerja media dengankhalayak, surat dan telepon dari khalayak, dan data bukti hasil penjualan (rating).
Hubungan media-khalayak tidak sesederhana sebelumnya. Orientasi “apa yang dilakukan media pada khalayak” menurutnya kini telah bergeser menjadi “ apa yang dilakukan khalayak pada media”. Hal ini disebabkan khalayak kini cenderung lebih aktif memilih produksi media sesuai cara pandang dan kebutukan media.[3]
Perkembangan teknologi dalam industry komunikasi menyebabkan konsumen media kontemporer lebih memiliki kontrol atas muatan sekaligus seleksi media.[4]
Grossberg et al. (1998) membuat gambaran umum yang berguna tentang bagaimana media melakukan penjualan dan memperoleh penghasilan.
1.      Melalui pembelian langsung komoditi – misalnya biaya majalah;
2.      Melalui sebuah biaya untuk akses ke titik distribusi atau tampilan – kotak misalnya biaya kantor di teater film, atau penyedia jasa layanan internet biaya;
3.      Melalui dukungan finansial tidak langsung, – misalnya televisi komersial;
Ketergantungan pada iklan ini memperkuat nilai-nilai kelembagaan yang terikat dengan perspektif pasar. Itu berarti bahwa kepentingan media diidentifikasi menjadi erat dengan kepentingan bisnis jenis lain. Ini mendukung pandangan bahwa barang media datang untuk diperlakukan seperti komoditas lainnya: bahwa jika produk-produk media adalah perwujudan maka budaya yang menjadi koleksi komoditi, di mana media bersangkutan.
ISU-ISU EKONOMI MEDIA
·           Prinsip-Prinsip Ekonomi Dalam Struktur Media
Ada beberapa prinsip utama ekonomi yang perlu dilihat apabila kita mau melihat pertimbangan ekonomi dalam struktur media massa. Setidaknya ada 10 prinsip yang ada.
1.        Media berbeda atas dasar apakah media tersebut mempunyai struktur fixed dan variabel cost.
2.        Pasar media mempunyai karakter ganda: dibiayai oleh konsumen dan atau oleh para pengiklan.
3.        Media yang dibiayai oleh pendapatan iklan lebih rentan atas pengaruh eksternal yang tidak diinginkan.
4.        Media yang didasarkan pada pendapatan konsumen rentan krisis keuangan jangka pendek.
5.        Perbedaan utama dalam penghasilan media akan meminta perbedaan ukuran kinerja media.
6.        Kinerja media dalam satu pasar akan berpengaruh pada kinerja di tempat lain (pasar lain).
7.        Ketergantungan pada iklan dalam media massa berpengaruh pada masalah homogenitas program media.
8.        Iklan dalam media yang khusus akan mendorong keragaman program acara.
9.        Jenis iklan tertentu akan menguntungkan pada masalah konsentrasi pasar dan khalayak.
10.    Persaingan dari sumber pendapatan yang sama akan mengarah pada keseragaman.
·           Masalah Kepemilikan dan Pengawasan
Dalam isu kepemilikan dan pengawasan terdapat tiga bentuk kepemilikan. Bentuk kepemilikan adalah sebagai berikut:
1.        Perusahaan komersial,
2.        Institusi nir-laba,
3.        Lembaga yang dikontrol publik.
Dalam bentuk-bentuk kepemilikan inilah yang nantinya akan mengarah pada masalah kebebasan. Kebebasan pers sendiri mendukung hak kepemilikan untuk memutuskan isi media itu sendiri. Dengan demikian, bentuk-bentuk kepemilikan mempunyai pengaruh pada pembentukan dan produksi isi media.
·           Masalah Persaingan dan Konsentrasi Media
Proses ekonomi media menuntuk maksimalisasi keuntungan maka tidak mengherankan apabila media juga memerlukan sistem persaingan dan proses konsentrasi kapital. Konsentrasi dalam istilah ekonomi media adalah tingkat keterbedaan dan sama (identik) sebuah produk dalam sebuah pasar dan apakah ada atau tidak adanya halangan masuk dalam pasar tersebut. Permasalahan konsentrasi kapital oleh media dibedakan dalam beberapa hal yaitu: level konsentrasi, arah konsentrasi dan level pengamatan, derajat konsentrasi media.
Konsentrasi media biasanya terjadi di antara situasi monopoli dan persaingan sempurna. Konsentrasi diperhitungkan secara eksesif ketika ada tiga atau empat perusahaan yang menguasai 50% jangkauan pasar. Konsentrasi media dipicu dengan adanya persaingan itu sendiri, untuk mendapatkan sinergi dan keuntungan maksimal. Beberapa hal atau derajad konsentrasi justru menguntungkan konsumen.
B.     Syarat, Fungsi dan Jenis Iklan
Sebelum menjawab dari beberapa rumusan masalah tersebut, maka dijelaskan terlebih dahulu tentang pengertian iklan. Arti dari iklan menurut beberapa para ahli, yaitu :
1.         Menurut Kotler (1999):
Iklan adalah segala macam bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa non-personal yang dibayar oleh sponsor tertentu.
2.         Menurut Wells (1992):
Periklanan adalah komunikasi non-personal yang dibayar oleh pihak sponsor yang menggunakan media massa untuk membujuk dan mempengaruhi audience.


3.         Menurut Rhenald Kasali (1992):
Iklan didefinikan sebagi pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan untuk masyarakat melalui suatu media. Beda dengan pengumuman biasa, iklan lebih membujuk orang untuk membeli.
4.         Menurut PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia):
Periklanan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa dan ditujukan untuk sebagian atau seluruh masyarakat.
5.         Menurut Dunn & Barban (1996):
Periklanan adalah komunikasi non-personal melalui beragam media yang dibayar oleh perusahaan, organisasi non-profit dan individu-individu dengan menggunakan pesan iklan yang diharapkan dapat menginformasikan atau membujuk kalangan tertentu yang membaca pesan tersebut.
6.         Menurut Russel & Lane (1990):
Suatu pesan yang dibayar oleh sponsor dan disampaikan melalui beberapa medium komunikasi massa.
7.         Menurut Gilson & Berkman (1980):
Iklan merupakan media komunikasi persuasif yang dirancang untuk menghasilkan respon dan membantu tercapainya objektifitas atau tujuan pemasaran.[5]
Syarat-Syarat Iklan
Syarat-syarat iklan adalah sebagai berikut :
·           Bahasa Iklan
1.        Menggunakan pilihan kata yang tepat, menarik, sopan, dan logis;
2.        Ungkapkan atau majas yang digunakan untuk memikat dan sugestif;
3.        Disusun secara singkat dan menonjolkan bagian-bagian yang dipentingkan.
·           Isi iklan
1.        Objektif dan jujur;
2.        Singkat dan jelas;
3.        Tidak menyinggung golongan tertentu atau produsen lain;
4.        Menarik perhatian banyak orang.[6]
 Fungsi Iklan
Iklan sangat penting karena memiliki fungsi komunikasi yang kritis, yaitu:
1.    Menginformasikan
Iklan membuat konsumen sadar akan adanya produk baru, memberikan informasi mengenai merk tertentu, dan menginformasikan karakteristik serta keunggulan suatu produk. Pada tahap awal dari kategori produk, iklan sangat diperlukan untuk membangun permintan primer (kotler). Iklan merupakan bentuk komunikasi yang efisien karena mampu meraih khalayak luas dengan biaya yang relativ rendah.
2.    Membujuk
Tujuan ini sangat penting pada tahap persaingan, dimana perusahaan ingin membangun permintaan selektif untuk produk tertentu. Beberapa iklan menggunakan comparative advertising yang memberikan perbandingan atribut dari dua atau lebih merk/produk secara eksplisit.
Iklan yang efektif akan membujuk konsumen utnuk mencoba menggunakan/mengkonsumsi suatu produk. Kadang-kadang iklan dapat mempengaruhi permintaan primer yang membentuk permintaan untuk seluruh kategori produk. Seringkali iklan ditujukan untuk membangun permintaan sekunder yaitu permintaan untuk merk perusahaan tertentu.
3.    Mengingatkan
Iklan dapat membuat konsumen tetap ingat pada merk/produk perusahaan. Ketika timbul kebutuhan yang berkaitan dengan produk tertentu, konsumen akan mengingat iklan tentang produk tertentu. Maka konsumen tersebut akan menjadi kandidat pembeli. Iklan dengan tujuan mengingatkan ini sangat penting untuk produk matang.
4.    Memberikan Nilai Tambah
Iklan memberikan nilai tambah terhadap produk dan merk tertentu dengan cara mempengaruhi persepsi konsumen. Iklan yang efektif akan memberikan nilai tambah produk sehingga produk dipersepsikan lebih mewah, lebih bergaya, lebih bergengsi, bahkan melebihi apa yang ditawarkan oleh produk lain, dan secara keseluruhan memberikan kualitas yang lebih baik dari produk lainnya.
5.    Mendukung Usaha Promosi Lainnya
Dapat digunakan sebagai alat pendukung usaha promosi lainnya seperti sebagai alat untuk menyalurkan sales promotion, pendukung sales representative, meningkatkan hasil dari komunikasi pemasaran lainnya.[7]
 Jenis-Jenis Iklan Beserta Contoh Aplikasinya
Tujuannya iklan dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis iklan, yakni :
1.    Iklan Komersial (Comercial Advertising).
Iklan komersial adalah iklan yang bertujuan untuk mendukung pemasaran atau mempromosikan suatu produk atau jasa yang dihasilkan dari perusahaan/industri maupun personal. Contoh iklan ini adalah iklan produk yang biasanya di televisi yaitu iklan Gulagu, iklan Gudang Garam, iklan Oreo dan lainnya. Ada 2 macam iklan komersial, yaitu: 
·      Iklan Strategis.
Iklan macam ini digunakan untuk membangun merek (brand). Hal itu dilakukan dengan mengkomunikasikan nilai merek dan manfaat produk maupun jasa yang diiklankan. Perhatian utama dalam jangka panjang adalah memposisikan merek serta membangun pangsa pikiran dan pangsa pasar. Iklan macam ini mengundang konsumen untuk menikmati hubungan dengan merek serta meyakinkan bahwa merek ini ada bagi para pengguna.
·      Iklan Taktis.
Iklan taktis adalah iklan yang memiliki tujuan yang mendesak. Iklan macam ini dirancang untuk mendorong konsumen agar segera melakukan kontak dengan merek tertentu. Pada umumnya iklan ini memberikan penawaran khusus jangka pendek yang memacu konsumen memberikan respon pada hari yang sama.
2.    Iklan Korporat atau Iklan Perusahaan (corporate advertising).
Iklan korporat bertujuan untuk membangun citra suatu perusahaan yang pada akhirnya diharapkan juga membangun citra positif produk-produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut. Iklan Korporat akan efektif bila didukung oleh fakta yang kuat dan relevan dengan masyarakat, mempunyai nilai berita dan biasanya selalu dikaitkan dengan kegiatan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat. Iklan Korporat merupakan bentuk lain dari iklan komersial yang bersifat strategis yaitu ketika sebuah perusahaan melakukan kampanye untuk mengkomunikasikan nilai-nilai korporatnya kepada masyarakat. Iklan korporat sering kali berbicara tentang nilai-nilai warisan perusahaan, komitmen perusahaan kepada pengawasan mutu, peluncuran merek dagang atau logo perusahaan yang baru atau mengkomunikasikan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sekitar. Contoh iklan bank BNI dengan logo baru yaitu 46.
3.    Iklan Layanan Masyarakat (Public Service Advertising).
Iklan Layanan Masyarakat merupakan bagian dari kampanye sosial marketing yang bertujuan menjual gagasan atau ide untuk kepentingan atau pelayanan masyarakat. Biasanya pesan iklan layanan masyarakat berupa ajakan, pernyataan atau himbauan kepada masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan demi kepentingan umum atau merubah perilaku yang “tidak baik” supaya menjadi lebih baik, misalnya masalah kebersihan lingkungan, mendorong penghargaan terhadap perbedaan pendapat, keluarga berencana, dan sebagainya. Contoh iklan ini adalah iklan himbauan jangan korupsi, iklan BKKBN, iklan membaca dan lainnya.[8]
C.     Media Cetak Harian Amanah
1.         SUMBER PENDAPATAN MEDIA
Media jelas memiliki tiga sumber pendapatan materi, yaitu:
1.    Sirkulasi
Jualan koran dengan harga lebih mahal sedikit dari harga aslinya.
2.    Iklan
Sumber pendapatan tertinggi media.
3.    Promosi
Ketika membuat Event Fun Day dan mencari sponsor-sponsor.
Dan Koran ada:
·      Redaksi
·      Iklan
·      Sirkulasi
·      Promosi
Redaksi tidak termasuk ke dalam sumber pendapatan materi, karena Redaksi lebih kepada konten menghasilkan wajah-wajah koran berita dan redaksi hanya menjual dan menulis berita.
2.         MODEL BISNIS
Model bisnis ada tiga, yaitu:
1.    Redaksi
2.    Bisnis
3.    Keuangan
Iklan ada bermacam-macam, diantaranya yang terdapat pada “Amanah” ada:
Amanahstore.com, jualan Market Fleksnya seperti olx pasang iklan semacam jualan mobil, motor, dll.
3.         MODEL BISNIS BARU
Model Bisnis Baru yang ada di “Amanah” ada:
1.    Market Fleks di Online sebagai Digital Marketingnya.
·      Amanah.com
“Lebih ke pemberitaan yang berbasis IT. Disitu bisa jualan juga, pasang iklan di atasnya”
·      Amanahstore.com
2.    Yang Fisik ada Koran yaitu Soft dan Hard
Media jelas pendapatannya ada pada “Koran”.
4.         KOMPOSISI PENDAPATAN
1.    Iklan         : 50%
2.    Sirkulasi   : 25%
3.    Promosi    : 25%
“Iklan selalu mendominasi untuk peraihan omset pendapatan, jika hanya mengandalkan koran itu tidak cukup”.
Tahun ini sebagai tahun kedua “Amanah”, pendapatannya lebih meningkat dari tahun sebelumnya. Karyawannya semakin bertambah, jadi ada penaikan yang terjadi di “Amanah” pada tahun ini.
Hamper rata semua Model Pendapatan Media sama. Kecuali jika media itu membentuk perusahaan baru yang jauh dari media maka bisa jadi pendapatannya bertambah, seperti Evenr Organize (EO) atau bembuat perusahaan Travel. Semua itu lari kepada promosi.



5.         PERSEN PADA POLITIK & EKONOMI (Dalam Promosi)
Menurut “Amanah”, Politik dan Ekonomi yang ada pada Koran merujuk pada iklan. Perbandingan grafik iklan ada dibagi beberapa macam. “Amanah” hanya membagi menjadi 13 item, diantaranya:
Properti, Politik, Pemerintahan, Travel, Horeca (Hotel, Restoran, Coffe), Pemicu elektronik, Serba-serbi, Finance, Perbankan, Pendidikan.
Sebenarnya ada 32 item, tapi di “Amanah” merangkum menjadi 13 item yang bersumber ke iklan.
Jika dirinci kembali, grafik iklan berasal dari:
·      Sektor Properti     : Perumahan
·      Sektor Politik       : Pemerintahan, Perbankan, Finance, Travel, Pendidikan.
Serba-serbi diluar dari keduanya, seperti Cicil-cicil Kredit, Aneka Lowongan Kerja, pembersih AC, dll.

v  Diantara Online dan Cetak, yang manakah yang memiliki pendapatan lebih besar?
“Untuk sementara yang masih bisa di Makassar itu tetap cetak. Online belum, masih sedikit. Jadi bedanya itu Online sebatas sumber Informasi. Mengenai benar tidaknya mereka terlebih dahulu melihat yang Cetak, karena bisa jadi di Online itu Hoax. Koran jarang hoax, bahkan 99,9% kebenarannya dan !% hoax.” Jelas pak Akhyar.
v  Berapa biaya pengeluaran media cetak di Amanah?
Amanah tidak membeli cetak, karena ada perusahaan bagian dari Grup untuk percetakan. Amanah mencetak koran di perusahaan tersebut, harga cetak sekitar 2.500-3000 rupiah setiap koran/sesi. Untung hanya ada 500 rupiah. Sumber pendapatan koran kecil, yang menutupi adalah iklan. Koran hidup tanpa iklan tidak akan bisa terjadi karena itu tidak mencapai kecukupan.
Yang membedakan “Amanah” dengan media cetak lainnya terdapat pada persentasinya, dimana isi Harian Amanah lebih banyak Islaminya sekitar 55%, Umumnya sekitar 30% dan Olahraga sekitar 15%. Harian Amanah juga memiliki tiga sesi, yaitu Muslim, Umum dan Campuran.
Amanah tidak merasakan terjadinya persaingan dengan Media Cetak lainnya, karena Amanah memimili Segmen Khusus. Fajar dan Tribun isinya bersifat Umum, sedangkan Amanah merujuk kepada Islami dengan tujuan untuk cepat maju tidak melawan Media Cetak lainnya. Amanah berdiri sendiri, maka Media lain merasa tidak mempedulikan, Amanah juga memiliki Pembaca Khusus.
Penanggung jawab dalam Divisi Bisnis di Amanah Media:
1.         Pemimpin Perusahaan Sirkulasi           : Bapak Abdul Hamid
2.         Pemimpin Perusahaan Promosi           : Bapak Fatur Rahim
3.         Pemimpin Perusahaan Iklan    : Bapak Akhyar S.Ag
4.         Pemimpin Perusahaan Redaksi           : Bapak Bakhtiar
Amanah memiliki Salles untuk bagian Promosi untuk mengajak beberapa orang memasang produknya di Koran Amanah. Penyebaran Koran dalam Sistem Harian Amanah di pihak ketigakan, ada Ekspedisi yang bertugas untuk mengantar. Bagian Sirkulasi, ada exemplar koran untuk di promosi. Amanah mencetak koran sesuai dengan pesanan ditambah untuk promosi koran dan untuk dijual eceran. Di Harian Amanah, ada sekitar 110 karyawan yang bertugas.


BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Kualitas pengetahuan tentang masyarakat yang diproduksi oleh media untuk masyarakat, sebagian besar dapat ditentukan oleh nilai tukar berbagai ragam isi dalam kondisi yang memaksakan perluasan pesan, dan juga ditentukan oleh kepentingan ekonomi para pemilik dan penentu kebijakan.
Pembicaraan mengenai sistem ekonomi selalu akan terkait dengan masalah kapital atau modal dari para pemilik media. Karl Marx menyatakan bahwa kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang memungkinkan beberapa individu menguasai sumberdaya produksi vital yang mereka gunakan untuk meraih keuntungan maksimal. Mengenai kaitan kapitalisme dan media massa, dikatakan oleh Stuart Hall bahwa media massa merupakan sarana paling penting dari kapitalisme abad 20 untuk memelihara hegemoni ideologis. Media massa juga menyediakan kerangka berpikir bagi berkembangnya budaya massa lewat usaha kelompok dominan yang terus menerus berusaha mempertahankan, melembagakan, melestarikan kepenguasaan demi menggerogoti, melemahkan dan meniadakan potensi tanding dari pihak-pihak yang dikuasai.
Menurut PPPI (Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia) periklanan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa dan ditujukan untuk sebagian atau seluruh masyarakat.
Syarat-syarat iklan dapat ditinjau dari bahasa iklan dan isi iklan itu sendiri. Bahasa iklan mempunyai syarat menggunakan pilihan kata yang tepat, menarik, sopan, logis, ungkapkan yang digunakan untuk memikat dan disusun singkat dan menonjolkan pada bagian yang dipentingkan. Sedangkan isi iklan mempunyai syarat harus objektif, jujur, singkat tapi jelas, tidak menyinggung golongan tertentu, dan tentunya menarik perhatian orang.
Menurut “Amanah”, Politik dan Ekonomi yang ada pada Koran merujuk pada iklan. Perbandingan grafik iklan ada dibagi beberapa macam. “Amanah” hanya membagi menjadi 13 item, diantaranya:
Properti, Politik, Pemerintahan, Travel, Horeca (Hotel, Restoran, Coffe), Pemicu elektronik, Serba-serbi, Finance, Perbankan, Pendidikan.
Yang membedakan “Amanah” dengan media cetak lainnya terdapat pada persentasinya, dimana isi Harian Amanah lebih banyak Islaminya sekitar 55%, Umumnya sekitar 30% dan Olahraga sekitar 15%. Harian Amanah juga memiliki tiga sesi, yaitu Muslim, Umum dan Campuran.
B.     Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu untuk dapat memahami dan mempelajari lebih dalam lagi mengenai percetakan khususnya media cetak dalam media massa, agar kita dapat mengetahui cara pengelolaan dan dipublikasikan kepada masyarakat.






[1] McQuail, (1991), hlm.63.
[2] Bungin, (2001)
[3] Mick Counihan, Morley dan Brunsdon, (1972).
[4] Stanley J. Baran, Mass Communication Theory.
[5] Edward, (2011), baris 3.
[6] Kumpulan istilah.com, (2010), baris 4.
[7] Shimp, Apriadi, (2009), baris 31.
[8] Dwinda Aulia Melati, (2010), baris 49.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar