Rabu, 18 April 2018

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI MASYARAKAT PEDALAMAN SUKU KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA



TUGAS PROPOSAL

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI MASYARAKAT PEDALAMAN SUKU KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Sebagai makhluk social manusia sangat membutuhkan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya sehari-hari. Ada banyak sekali bentuk-bentuk komunikasi yang dilaksanakan masyarakat dalam kehidupan bersmasyarakatbaik dalam bentuk verbal maupun non-verbal. Pada masyarakat Indonesia dalam menggunakan komunikasi verbal sangat beragam dikarenakan bayaknya suku-suku yang tersebar di penjuru Nusantara. Dimana keberagaman suku ini membuat banyak sekali bahasa, dialeg dan logat yang muncul di setiap satu suku.
Keberagaman ini membuat setiap anggota masyarakat yang hidup pada suatu suku di pastiakan lebih terdahulu memahami Bahasa keseharian mereka untuk melakukan komunikasi di lingkungannya. Sehingga, masyarakat yang terus berada di lingkungan Bahasa daerahnya akan memiliki pemahaman yang kurang terhadap Bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Di mana Bahasa Indonesia seharusnya menjadi Bahasa pemersatu yang akan membatu masyarakat dalam menjalin hubungan kemasyarakatan
Jika masalah ini terus menerus dibiarkan, ditakutkan terjadi kesalahan-kesalahan ersepsi dalam melakukan komunikasi antarbudaya.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang penggunaan Bahasa Indonesia bagi masyarakat pedalamn, maka rumusan masalah yang di angakat adalah :
a.       Bagaimana penggunaan Bahasa Indonesia di Masyarakat suku Kajang?
b.      Bagaimana faktor-faktor yang mengurangi penggunaan bahasa Indoensia pada masyarakat pedalaman di suku Kajang Kabupaten Bulukumba ?
c.       Bagaimana dampak kurangnnya penggunaan Bahasa Indonesia bagi masyarakat pedalaman di suku Kanjang Kabupaten Bulukumba ?
C.     Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
Penelitian ini akan membahas tentang bagaimana penggunaan Bahasa Indonesia yang baik pada masyarakat pedalaman Suku Kajang Kab. Bulukumba yang adata istiadatnya masih sangat kental. Terkhuhs penelitian ini dilakukana pada masyrakata Suku Kajang dalam atau Suku yang berada di Tanah Toa Kajanga. Secara umum penelitian ini berfokus pada masyarakat awam yang tidak menganggap epnting penggunaan Bahasa Indonesia dalam kehiduan bermsyarakat.
D.    Kajian penelitian terdahulu
Bahasa merupaka system atau alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Asmah Haji Omar,”Bahasa yang digunakan merupakan sisitem lambang yang mengaitkan maksud atau fikiran manusia dengan suatu benda yang konkrit ataupun sesuatu yang abstrak, supaya demikian pengguna Bahasa dapat memahami sesuatu benda yang diperkatakan itu.” Bahasa merupakan suatu unsur yang dinamik, yakni senantiasa berubah-ubah mengikut situasi dan zaman atau perkembangan semasa oleh hal yang demikian, menurut S. Nathesan, Bahasa senantiasa dianalisis dan didekati dengan menggunakan berbagai pedekatan untuk megkajinya. Antara pendektan yang dapat digunakan untuk mengkaji Bahasa ialah pendekatan makna. Bidang makna atau semantic merupakan sebagian daripada ilmu linguistic yang tidak akan sempurna jika tidakada kajian makna.
Dalam kehidupan sehari-hari penggunaan Bahasa terutama Bahasa Indonesia masih saja bercampur dengan Bahasa ibu atau Bahasa daerahnya. Seiring dengan perkembangan satu periode keperiode selanjutnya, maka akibatnya penggunaan Bahasa dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya tercampur dangan Bahasa ibu, tetapi juga bercampur dengan Bahasa-bahasa asing ataupun Bahasa remaja yang sering di sebut dengan Bahasa gaul. Jika ini terus berlanjut, maka ketika menggukan Bahasa dalam situasi formal akan mengalami keterbasan dalam berbicara. Oleh Karena itu dalam penggunaan Bahasa sehari-hari hendaknya menggunakan Bahasa yang sesuasi dengan konteksnya serta menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
E.     Tujuan Penelitian
a.       Untuk mengetahui pentingnya penggunaan Bahasa Indonesia.
b.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mengurangi penggunaan Bahasa Indonesia masyarakat pedalaman di Suku Kajang Kab. Bulukumba.
c.       Untuk mengetahui dampak kurangnya penggunaan Bahasa Indoensia bagi masyarakat pedalaman di suku Kajang Kab. Bulukumba.
F.     Manfaat Penelitian
a.       Mengetahui bagaimanna eksistensi Bahasa Indnesia.
b.      Mengetahui kondisi pemahaman Bahasa Indonesia di masyarakat pedalaman utamanya pada suku Kajang Kab. Bulukumba.
c.       Mengetahui  pentingnya Bahasa Indonesia daam kehidupan sehari-hari.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.     Pentingnya Penggunaan Bahasa Indonesia di Kalanagan Masyarakat Suku Kajang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional Indonesia, bahasa kebanggaan seluruh rakyat Indonesia. Pada hakikatnya, Bahasa Indonesia wajib digunakan dan dipahami, itulah yang kan menceriminkan Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa. Banyak masyarakat Indonesia yang berada di darah terpencil yang tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia ataupun tidak mengerti bahasa Indonesia sama sekali. Bahasa yang dihunakan masyarakat Indinesia sangat beragam jenisnya. Bangsa Indonesia mempunyai beratus-ratus bahasa daerah sebagai bahasa ibu bagi masyarakat yang bersangkutan.
Bahasa indonesia merupakan bahasa resmi, bahasa pendidikan, bahasa angama, bahasa dagang dan sebagainya.bahasa Indonesia juga digunakan untuk keperluan kenegaraan seperti pemerintah atau pengadilan. Sebagai bahasa resmi dalam bidang pemerintahan, bahasa Indonesia dipakai sebagai pengantar pemerintahan tingkat desa. Namun demikian, pada tingkat pemerintah desa terpencil sering juga dipakai bahasa daerah sebagai pengantar secara taktis dilapangan, tetapi laporannya tertulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dari segi penggunaannya, bahasa memiliki peranana yang sangat penting dalam sisitem kehidupan masyarakat kaerenammerupaka medium utama dalam komunikasi. Kemampuan berbahasa memungkinkan para pemakai bahasa untuk berperan serta dalam berbagai ragam pengalaman. Dengan kata lain, aneka ragam pengalaman seseorang diperoleh karena adanya kemampuan berbahasa. Hal itu dapat diperoleh dengan memebaca buku, mendengakan cerita, ataupun menonton televsi sehingga pengalaman seseorang dapat meningkat. Semua itu tidak mungkin trwujud tanpa dukungan kemampuan berbahasa.
Bahasa Indonesia yang kedudukannya sebaagai bahasa nasional dan bahasa negara, diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat Indonesia secara baik dan benar dengan fungsinya masing-masing. Namun, kenyataan yang dapat dilihat bahwa penggunaan bahasa Indonesia tidaklah selalu dapat digunakan dengan tepat oleh masyarakat pemakainya. Penggunaan bahasa Indonesia itu dapat saja dipengruhi oleh bahasa ibu setiap penutur atau bahkan dapat dipengaruhi oleh bahasa asing yang dikuasai oleh penutur yang bersangkutan.
Pemakaiana bahasa Indonesia di daerah pedalaman, biasanya masyarakat yang pindah dari kota atau memang sejak kecil dibiasakan menggunakan bahasa Indonesia. Karena masyarakat pedalaman lebih menggunakan bahasa ibu, saat berbahasa Indonesia mengalami kesulitan bahkan saat tidak jarang memakai kata yang salah, atau diselingi dengna bahasa ibu yang bersangkutan.
Untuk suku kajang sendiri, penggunaan Bahasa Indonesia sangatlah minim dalam kebutuhnan sehari-harinya atau bahkan dalam propses kehidupan sehari-hari sama sekali tidak ada penggunaan Bahasa Indonesia. Daerah Tanah Toa Kajang ini masyarkatnya adalah mereka yang di atur oleh ketentuan-ketentuan adat istiadat yang sampai sekarang masih sangat diprhatikan. Karena beberapa faktor membuat mereka kurang melakukan interaksi pada masyarakat luar sehingga hampir seluruh masyarakatnya tidak terlalu faham atau bahakan tidak mengerti sama sekali dalam menggunakan Bahasa Indonesia. Bahasa yang mereka gunakan dalam interaksi kesehariannya adalah Bhasa Konjo (sebutan bahasa asli suku Kajang).
Pentingnya pemahaman Bahasa Indonesia bagi mereka adalah bagaimana mereka akan berinteraksi dengan lingkungan lain atau kata lain komunikasi atnarbudaya nantinya akan tidak sangat tidak baik karena kelemahan dalam berbahasa Indonesia yang seharusnya bahasa ini sebagai bahasa pemersatu bagi seluruh rakyat inidonesia. Mereka tidak selamanya akan tinggal di dalam sana melainkan ada beberap hal yang pasti akan membuat mereka harus berinteraksi dengan orang-orang di luar dari suku mereka.
B.     Faktor-Faktor yang Mengurangi Penggunaan Bahasa Indonesia Masyarakat Pedalaman di Suku Kajang Kab. Bulukumba
Faktor yang mengakibatkan masyarakat di daerah pedalaman seperti Suku Kajang ini tidak mengerti bahakan tidak faham Bahasa Indonesia, salaha satunya adalah letak geografis dan topografis yang dulit dijangkau akses transportasi dan komunikasi. Hal ini mneyebabkan publikasi Bhasa Indonesia yang sangat sulit menembus daerah mereka, yang menyebabkan pendidikan bahasa tidak dapat tersampaikan sama sekali.
Faktor terbesar dalam minimnya penggunan bahasa Indonesia di suku Tanah Toa ini adalah keberadaan Suku mereka tidak terlalu di buka untuk siapa saja. Masyarakat biasa tidak dapat bebs keluar masuk ke dalam lingkungan mereka. Untuk masuk ke dalam lingkunangan mereka terlebih dulu harus ada beberapa hal yang harus dilakukan seperti pakaian yang digunakan harus warna hitam dan juga beberapa waktu tertentu masyarakanya dilarang menggunakan alas kaki begitu pula siapapun yang akan masuk ke dalam lingkungannya. Bahakan mereka terkadang tidak menerima kunjungan dari masyarakat luar yang sekedar ingin masuk untuk melakukan sebuah riset. Dan mereka bahakan melarang masyarakat luar memasuki kawasan mereka pada malam hari. Selain kurangnnya interaksi, masnyarakat lingkungan Tanah Toa tidak terlalu faham akan kemajuan teknologi sehingga mereka dalam mendapat kan informasi penting hanya di dapat dari mulut kemulut. Bahakan untuk listrik saja mereka tidak menggunakan  bukan karena kelalaian pemerintah aka tetapi adat isitiadat dan kebudayaan yang mereka pertahakan.
Kedua faktor ini adalah faktor utama mengapa masyarakat suku Kajang Tanah Toa Kab. Bulukumba ini tidak faham dengan menggunakan Bahasa Indonesia.
C.     Dampak Kurangnnya Penggunaan Bahasa Indonesia di Suku Kajang Kab. Bulukumba
Ketidakmengerian maupun ketidakfahaman Bahasa Indonesia yang dialami oleh masyarakat suku Kajanh Tanah Toa ini nyatanya memberikan dampak-dampak yang cukup signifikan  bagi perkembangan-perkembangan berbagai bidang di Indonesia. Hal tersebut merupakan implikasi yang jelas jelas merugikan, baik untuk masyarakat tersbut maupun pemerintah sebagai pelaksana kebijakan.
Bidang ynag sangat terasa dari adanya ketidakmengertian maupun ketidakfahaman Bahasa Indonesia adalah dari bidang informasi dan komunikasi. Masyarakat suku Kajang ini yang tidak faham ataupun tidak mengerti Bahasa Indonesia akan jauh dari perkembangan isu-isu nasional, seperti pelaksanaan pemilihanumum maupun kebijakan-kebijakan pemerintah yang ada. Tak jarang dari mereka tidak mengetahui siapa presidennya atau siapa mgubernurnya. Ini disebabkan publikasi yang hadir tidak dapat dimengerti oleh mareka bahakan mereka hanya mendapatkan informasi melalui sistem dari mulut ke mulut.
Dalam bidang pendidikan, jika kita memiliki amanat UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Indonesia Pasal 33 ayat 1, yang menyatakan bahwa “Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional”. Jika kita kaitkan dengan fakta yang ada, maka ada kasulitan pemahaman antara masyarakat suku Kajang tersebut dengan sistem pendidikan yang diterapkan. Naun solusi dari permasalahan tersebut dipaparkan di ayat selanjutya, yang menyatakan bahawa, “Bahasa Daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian pengethauan dan atau keterampilan tertentu.
Namun, hal ini tidak serta merta mnyelesaikan masalah yang ada. Hal yang menjadi persoalan adalah adakah guru yang mampu berbahasa daerah yang di maksud? Jika ada, apakah kuantitas guru yang adamencukupi untuk bisa mendidik dan kuantitas murid yang ada di daerah terbut? Jika kita tindu kedua penryataan itu, maka saat ini belumada jawaban yang baik. Sangat sulit kita temukan guru-guru yang mahir menggunakan bahasa darah yang di maksudkan. Ini diakibatkan sangat jarang puta putri darah yang dapat pemcapai jenjang pendidikan yang tinggi. Kesulitan pun bertambah dengan buku bacaan yang menjadi referensi belajar musrid hampir seluruhnya berbahasa indonesia.
Selain dari itu semua, dapak terbesar ditakutkan akan menerpa penerus atau generasi anak-anak yang ada di dalam suku ini. Kedpannya mereka memerlukan interaksi yang lebih dengan dunia luar suku Kajang itu sendiri untuk melanjutka pendidikan slah satunya serta menumbuhkan rasa nasioanlisme dalam diri anak sejak dini.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.     Jenis dan Lokasi Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini digunakan metode deskriptif yang menggabrakan mengenai situasi interaksi masyarakat pedalaman yang dalam hal ini tekhusus pada penggunaan Bahasa Indonesia di masyarakat pendalaman. Adapun lokasi penelitian ini adalah suku Kajang tepatnya lingkungan Tanah Toa di Kabupaten Bulukumba.
B.     Pendektan Penelitian
Bentuk penelitian yang akan digunakan adalah bentuk penelitian kualitatif yang penyampaiannya tidak dengan perhitungan persentasi melaikan dengan penjelasan analisis data. Dalam penelitian kualitatif ini digunakan metode deskriptif yang menjelaskan dan menggambarkan setiap keadaan.
C.     Informan Penelitian
Informan atau sumber informasi yang diambil dalam penelitian ini adalah masyarakat suku kajang dalam lingkungan Tanah Toa Kabupaten bulukumba.
D.    Sumber Data
Dalam mendapatkan informasi awal akan dilakukan observasi lingkungan dimana peneliti akan mengkaji kondisi lingkungan sekita masyarakat lingkungan Tanah Toa dan di bandingka dengan interaksi masyakat kajang luar terkhusus pada penggunaan bahasa Indonesia.
E.     Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data dilakukan :
1.      Observasi yaitu dengan turun langsung ke lapangan dan menganalisis kondisi lingkungan untuk mendapatkan informasi atau data awal.
2.      Wawancara adalah proses tanya jawab kepada masyarakat tersebut dalam mengumpulkan data.
F.     Instrumen Penelitian
Instrument dari penelitian ini digunakan data-data mengenai pengunaan Bahasa Indonesia untuk masyarakat pedalaman. Terkhusus dalam penelitian kualitatif ini tidak menggunakan hal-hal yang mendukung terselesaikannya penelitian karena peniliti melakukan penelitian studi kasus yang penulisannya dalam bentuk deskriptif sehingga tidak memerlukan bantuk softwere yang berlebihan.
G.    Metode Pengolahan dan Analisis Data
Adapun metode dan analisis data yang diguanakan penelitian ini adalah :
1.      Obsevasi yaitu setelah mendapatkan informasi mengenai Suku Kajang dan Tanah Toa melaui sumber internet, selanjutnya dilakukan observasi atau peninjauan lapangan untuk mengambil data awal seperti kondisi kehidupan, lingkungan interaksi masyrakat.
2.      Wawancara yaitu melakukan proses tanya jawab dengan face to face dengan msyarakat tersebut secara langsung. Selain mengambil informasi dari masyarakat dalam suku Kajang Tanah Toa tersebut, beberapa data juga dikumpulkan dari masyarakat luar yag terkadang atau biasa melakukan interakasi dengan masyarakat Suku dalam tersebut.
H.    Validitas Data
Untuk menguji kebenaran data dilakukan perpanjangan pengamatan, tringulasi dan diskusi bersama teman sepengetahuan dan beberapa pihak yang berpengalaman di bidangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar