Rabu, 18 April 2018

Makalah Produksi dan Industri Radio




Produksi dan Industri Radio









OLEH :
Utami Istianah (50500116104)
Haryono (50500116109)
Muh.Haris (50500116)
Muh. Irfan (50500116 


JURNALISTIK C
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2018







DAFTAR PUSTAKA
Ashadi Siregar, Menyingkap Media Penyiaran Membaca Televisi Melihat Radio, LP3Y, Yogyakarta, 2001.
M Tata Taufik, Etika Komunikasi Islam, Sahifa, Bandung, 2008.
Onong Uchjana Effendy., “Radio Siaran Teori dan Praktek”, Mandar Maju,Bandung, 1990.
Theo Stokkink, The Professional Radio Presenter terjemahan, Kanisius, Yogyakarta, 1997


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam. Yang telah memberikan saya kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan Makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, beserta keluarga dan para sahabatnya serta para pengikutnya yang setia sampai hari kemudian.
Makalah ini saya buat dengan maksud untuk menunaikan tugas saya di mata Produksi dan Industri Media“Radio”. Saya harap penyusunan dalam bentuk Makalah ini akan memberi banyak manfaat dan memperluas ilmu pengetahuan kita.
Dan saya menyadari di dalam penyusunan ini mungkin masih belum sempurna dan terdapat kesalahan dalam penyusunannya, saya mohon untuk bimbingan dan kritik serta saran yang bersifat membangun.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT saya mohon, semoga usaha ini merupakan usaha murni bagi-Nya dan berguna bagi kita sekalian sampai hari kemudian.

Gowa, 30Maret 2018

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar..................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan.............................................................................................. 1
A.    Latar Belakang........................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................... 1
C.     Tujuan dan Manfaat Penulisan................................................................ 1
Bab II Pembahasan ............................................................................................ 2
A.    Pengertian Radio..................................................................................... 2
B.     Sejarah Radio.......................................................................................... 2
C.     Yang Berperan dalam Radio................................................................... 5
D.    Kinerja dan Apek Teknologi Radio ....................................................... 7
E.     Jenis Siaran Radio ................................................................................ 13
Bab III Penutup ............................................................................................... 22
Kesimpulan................................................................................................. 22
Daftar Pustaka






BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Media massa merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi. Pengaruh media massa berbeda-beda terhadap setiap individu.
Radio sebagai media massa terus mengalami perkembangan yang sangatpesat. Dimulai dari zaman Belanda, zaman Jepang, zaman kemerdekaan, danzaman orde baru. Mulai dari radio yang segmentasinya luas, sampai yangmempersempit diri dalam segmentasi. Sehingga radio yang dulunya bersifatumum, sekarang dikenal dengan radio wanita, radio untuk anak muda, radio untukremaja, radio khusus berita, radio budaya dan lain sebagainya.
B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang mengenai Radio, maka rumusan masalah yang di angakat adalah :
1.         Apa definisi Radio?
2.         Bagaimana Sejarah Radio?
3.         Siapa yang Berperan dalam Radio?
4.         Bagaimana Teknologi yang memproduksi Radio?
5.         Bagaimana Jenis Siaran Radio?
C.      Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.         Pembaca dapat mengetahui tentang Radio.
2.         Pembaca dapat mengetahui Sejarah Radio.
3.         Pembaca dapat mengetahui yang berperan dalam Radio.
4.         Mengetahui Teknologi yang memproduksi Radio.
5.         Mengetahui Jenis Siaran Radio.


BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Radio
Radio merupakan salah satu bentuk media massa yang banyak digunakan masyarakat untuk mengakses informasi. Radio menurut Ensiklopedi Indonesia yaitu penyampaian informasi dengan pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas yang memiliki frequensi kurang dari 300 GHz (panjang gelombang lebih besar dari 1 mm).
Menurut Versi Undang-undang Penyiaran no 32/2002, Radio merupakan kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.
Radio adalah alat pengubah sinyal, dengan perangkat yang terdiri dari gelombang elektromagnetik dengan frekuensi dibawah kecepatan cahaya. Radiasi elektromagnetik ini dapat mengalir di udara bebas maupun dalam ruang hampa udara. Radio mempunyai perangkat yang dapat mengubah gelombang tadi menjadi suara maupun sinyal – sinyal lain yang membawa informasi.
B.     Sejarah Radio
Asal mula adanya sebuah radio didasari oleh sebuah penemuan di bidang fisika. Michael Faraday, seorang ahli fisika Inggris telah mendapatkan temuan di bidang ilmu kelistrikan, antara lain induksi elektomagnet dan formulasi rumus-rumus fisika mengenai induksi listrik dan magnet.

Pada tahun 1873, James Clark Maxwell, seorang ahli Astronomi fisika Skotlandia mempunyai penemuan ilmiah tentang adanya gelombang elektromagnetik yang merambat pada percepatan cahaya.
Pada 1878 David E. Hughes adalah orang pertama yang mengirimkan dan menerima gelombang radio ketika dia menemukan bahwa keseimbangan induksinya menyebabkan gangguan ketelepon buatannya. Dia mendemonstrasikan penemuannya kepada Royal Society pada 1880 tapi hal itu dikatakan hanya merupakan induksi.
Antara 1886 dan 1888, Heinrich Rudolf Hertz, seorang ahli fisika Jerman pertama kali membuktikan teori Maxwell melalui eksperimen. Ia memperagakan bahwa radiasi radio memiliki seluruh properti gelombang (sekarang disebut gelombang Hertzian). Ia juga membuat gelombang radio dan berhasil memancarkan sampai jarak 200 meter. Dengan peralatan laboratorium yang sederhana, Hertz telah berhasil memformulasikan rumus penghitungan panjang gelombang dan menemukan bahwa persamaan elektromagnetik dapat diformulasikan ke persamaan turunan partial disebut persamaan gelombang.
Di dalam rumusnya Ia membuktikan bahwa gelombang radio tersebut dapat dipantulkan, direfraksi, dan dipolarisasikan seperti halnya dengan sinar cahaya. Dalam percobaannya, Hertz membuat suatu spark-gap transmitter, antena pengarah dan suatu rangkaian resonator untuk menangkap kembali gelombang radio yang dipancarkan tersebut. Penemuan fisika dasar ini pada gilirannya akan menjadi titik tolak pengembangan praktis di lapangan yang berupa radio komunikasi untuk tujuan penggunaannya dalam meningkatkan kesejahteraan hidup manusia.
Pada awal tahun 1890-an seorang Itali bernama Gugielmo Marconi mempelajari ilmu-ilmu dasar temuan para ilmuan tersebut dan berusaha mengembangkan dan menerapkannya sehingga dapat berguna secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dengan menciptakan inovasi-inovasi atas dasar peralatan yang diciptakan oleh Hertz, Marconi telah berhasil meningkatkan jarak pancaran gelombang elektromagnetik dan mengisinya dengan informasi. Sehingga peralatan transmitter dan receiver ciptaan Marconi tersebut mampu menransfer informasi dari satu tempat ke tempat lain tanpa kawat, inilah awal dari komunikasi radio.
Selama ini Guglielmo Marconi dianggap sebagai penemu radio. Padahal sebenarnya banyak orang berperan dalam pengembangannya. Meski uji coba siaran radio pertama kali dilakukan tahun 1910, siaran radio sebenarnya di banyak negara baru dimulai pada tahun 1920.Sejarah radio mengalami revolusi yang sangat panjang sehingga melibatkan banyak ilmuwan dalam p  roses penyempurnaan radio hingga saat ini. Berawal pada tahun 1893, Nikola Tesla mendemonstrasikan prinsip dasar cara kerja ‘wireless’ kemudian Temistocle Calzecchi-Onesti mengembangkan cara kerja tersebut dengan penerima gelombang magnetic dalam bentuk alat berupa tabung yang berisi elemen – elemen besi.
Tahap demi tahap eksperimen penyempurnaan penerjemah gelombang telah dilakukan hingga pada akhirnya Guglielmo Marconi dianugrahi penghargaaan hak cipta oleh negara inggris pada tahun 1896 dalam hal pengembangan teknologi signal transmitter. Pada tahun 1897, dibukalah stasiun radio pertama di dunia yang bertempat di isle, Inggris. Awalnya jangkauan radio sangatlah terbatas, hanya 500 miles, namun pada tahun 1901 Marconi berhasil menyempurnakan kekuatan jangkauan gelombang radio hingga mencapai jarak 2000 miles, untuk itu ia pun mendapatkan banyak penghargaan atas penemuannya yang sangat membantu perkembangan komunikasi dunia.
Perkembangan penyiaran radio di Indonesia diawali pada masa pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1925 oleh Prof. Komans dan Dr. De Groot yang berhasil melakukan komunikasi radio dengan menggunakan stasiun relai di Malabar, Jawa Barat. Peristiwa ini kemudian diikuti dengan berdirinya Batavia Radio Vereniging dan NIROM. Penyiaran radio di Indonesia dimulai dengan berkembangnya radio amatir yang menggunakan perangkat pemancar radio sederhana yang mudah dirakit. Tahun 1945, Gunawan berhasil menyiarkan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan perangkat pemancar radio sederhana buatan sendiri. Pada tahun 1966, mengudara radio Ampera yang merupakan sarana perjuangan kesatuan-kesatuan aksi dalam perjuangan orde baru. Pada tanggal 11 September 1945, rapat yang dihadiri oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang sepakat mendirikan Radio Republik Indonesia (RRI). Rapat juga sepakat memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI yang pertama.
C.     Kinerja dan Aspek Teknologi Radio
Sebelum adanya bahasa tulisan, orang-orang bernyanyi untuk menceritakan dan berbagi sesuatu. Setelah teknologi cetak mulai berkembang, nyanyian dan cerita itu mulai ditulis dengan notasi dan lambang-lambang maupun symbol. Pada akhirnya, Thomas Edison memperkenalkan the speaking phonograph pada tahun 1877. Dapat dikatakan bahwa inilah cikal bakal dimana Marconi pada tahun 1896 menciptakan radio transmitter dan mulai untuk membisniskan radio. Penemuan teknologi terbaru menjadikan radio mempunyai banyak kegunaan. Di tahun 1906, Lee De Forest menemukan “vacuum tube” yang berguna untuk transmisi radio dan menerima suara dan musik.
Karya cipta merconi ditransformasikan oleh Reginald Audbrey Fessenden dengan radio wireless (tanpa kabel). “Fessenden’s experiment in 1906 is considered the world’s first voice and music broarcast”. Tokoh lain adalah Lee Dee Forrest, dia menyebut dirinya sebagai bapak radio karena pada tahun 1907 ia menemukan alat audio untuk mendeteksi radio wireless. Selain itu ia menjadi seorang penemu. Ia yang pertama kali memperkenalkan Broadcast (siaran radio). Pada tahun 1910 ia menyiarkan lagi Enrico Caruso di Metropolitan Opera Hause. Dan itulah yang menjadi pondasi dari penyiaran radio modern.
Tahun 1912 David Sarnoff menyiarkan berita dari Nantucket Island, Massacussets bahwa ia telah menerima panggilan darurat dari kapal titanic. Empat tahun kemudian ketika ia bekerja di Marconi Company di New York, dia menulis catatan kecil tentang prediksi radio masa depan meskipun pada tahun 1916 prediksinya selalu ditolak. Isi dari catatan kecil tersebut adalah perubahan bentuk radio menjadi “radio music box”. Tapi akhirnya, ia menjabat menjadi menejer pemasaran dari RCA, Sarnoff dapat melihat bahwa prediksi itu menjadi nyata. Awalnya perusahaan radio tidak memberikan royalty kepada Composers, Authors, and Publishers (ASCAP) jika lagu mereka disiarkan. Karena perusahaan fakir, ASCAP sudah mendapatkan ketenarannya. Pada tahun 1923 ASCAP menuntut royalty dari pihak radio jika lagu mereka disiarkan. Mereka harus membayar 250 dolar selama satu tahun. Radio tidak akan hidup jika musik tak ada, maka pemilik stasiun radio itupun menyetujui untuk membayar radio tersebut.
Kemajuan Elektronik Radio Untuk Kebutuhan Komunikasi
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa manusia tidak akan lepas dari proses komunikasi. Dimana terjadi pertukaran informasi yang dilakukan secara terus menerus agar kehidupan menjadi seimbang. Pada dasarnya, komunikasi manusia membutuhkan media sebagai penghubung dalam menyampaikan pesan. Di era teknologi saat ini, manusia mulai menggunakan produk teknologi sebagai penyampai maupun perantara pesan, diantaranya radio. Melalui radio, manusia mampu menerima maupun menyampaikan pesan, baik berupa berita sebagai informasi, lagu sebagai hiburan, maupun dalam bentuk lainnya.
Dalam telekomunikasi, komunikasi radio dua-arah melewati Atlantik pertama terjadi pada 25 Juli 1920. Tidak begitu saja manusia dengan mudah menggunakan media radio sebagai media penyampai maupun penerima komunikasi. Berbagai penemuan dan percobaan dilakukan para tokoh sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, yang pada akhirnya berhasil dilakukan komunikasi radio pertama kalinya.
Dalam buku media impact karya Shirley Biagi menyatakan bahwa:
§  58 percent of america’s bedrooms have radios and and 78 percent o all homes have battery-operated radios.
§  44 percent of American listen to the radio sometimes between midnight and 6 A.M.
§  7 percent of america’s bathrooms have radios.
§  95 percent of America’s cars have radios.
Hal ini membuktikan bahwa, posisi radio tak kalah penting di masyarakat. Masyarakat masih menerima dan membutuhkan berbagai informasi dari radio.
Pada awal adanya komunikasi radio, radio digunakan sebagai penyebar informasi. Pada masa peperangan pun radio juga digunakan sebagai alat penyampai informasi dalam bentuk propaganda-propaganda. Zaman yang terus berubah dan perembangan teknologi semakin meningkat mempengaruhi akan kemajuan radio sebagai alat komunikasi. Masyarakat bukan hanya membutuhkan informasi, tapi juga hiburan dalam bentuk musik, humor atau apapun. Hal itulah yang kemudian melatarbelakangi perubahan maupun perkembangan bentuk ataupun jenis radio. Radio tidak lagi berbentuk kotak besar berat yang sulit dibawa. Perkembangan radio yang didasari kebutuhan masyarakat kini terdapat dalam bentuk telepon seluler, MP3, MP4, IPod, atau yang lainya, bahkan dalam bentuk web radio pun sudah semakin marak.
Berawal dari kemajuan alat perekam yang pada akhirnya dikolaborasikan dengan teknologi radio, saat ini sudah banyak bentuk canggih radio yang juga memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berkomunikasi.
Alat perekam suara pertama yaitu Phonoautograph penemuan Leon Scott telah ada sebelum Phonograph penemuan Thomas Alpha Edison yang digunakan untuk mempelajari gelombang suara pada tahun 1857. Namun alat tersebut tidak digunakan untuk mereproduksi hasil rekaman tersebut. Phonograph diciptakan seiring dengan pengembangan perangkat telepon pada tahun 1870-an dan pada saat itulah Edison mendapat ide untuk mencetak pesan telepon di atas kertas berlapis wax manggunakan alat elektromagnetik. Setelah penemuan tersebut, bermunculan alat perekam lain seperti Graphophone dan perusahaan lain yang membuatnya. Para ilmuwan meyakini bahwa alat tersebut dibuat pada 9 April 1860 oleh ilmuwan Perancis, Edouard-Leon Scott de Martinville.
Pada tahun 1894, Emir Berliner mencetuskan ide untuk mencetak suara di atas piringan dan bukan silinder dengan alas an lebih mudah direproduksi. Ide piringan inilah yang berkembang menjadi disc yang kita kenal sekarang ini.
Phonograph, graphophone dan alat perekam lainnya adalah alat mekanik sampai tahun 1920 dikembangkan player dengan built in speaker yang mengizinkan pemutaran hasil rekaman dapat lebih keras suaranya. Hingga akhir perang dunia II, phonograph atau dikenal juga dengan gramaphone adalah satu-satunya alat perekam dan playback yang umum digunakan, tetapi zaman sudah mulai berubah. Hollywood mulai mengambil peranan dalam perkembangan rekaman dengan menggunakan suara di film.
1.    Tape Recording
Pada akhirnya, pengembangan tape recording yang menggantikan phonograph, karena lebih mudah dan biayanya yang lebih terjangkau. Tape mulai populer tahun 1950-an. Perkembangan tape recorder ini membawa perubahan yang pesat dalam membuat musik. Karena dengan tape, proses edit menjadi lebih mudah, pemberian efek fade in dan fade out bisa dilakukan. Jika sebelumnya seorang artis harus membawakan lagu dengan sempurna saat direkam, dengan adanya tape recording, proses penambalan dan edit yang lebih mudah, berbagai kesalahan dapat diperbaiki dengan mudah.
2.    Multitrack Recording
Pada tahun 1940-an mulainya eksperimen dengan menggunakan multitrack recording yang terus berkembang menjadi lebih rumit hingga tahun 1960-an. Dengan adanya multitrack recording, teknik merekam dengan memisahkan grup artis dapat dilakukan. Efek lain yang ditimbulkan oleh multitrack recording ini adalah munculnya suara stereo. Para insiyur suara pada tahun 1930-an mulai bereksperimen dengan merekam menggunakan 2 microphone, 2 amplifier, dan 2 speaker yang menyebabkan efek aural yang menyenangkanPada tahun 1960-an, 8 track player yang biasa diasosiasikan dengan player untuk mobil menjadi sangat popler namun segera mati dan digantikan oleh kaset.
Tahun 1963 Philips mengenalkan Compact audio cassette atau yang lebih kita kenal sebagai kaset sebagi media penimpan audio baru. Perusahaan yang berbasis di Eindoven Belanda ini baru menjual massal penemuan mereka ini pada tahun 1965, kemudian pada tahun 1971, Advent Corporation memperkenalkan Model 201 tape deck yang merupakan ibu dari tape yang selama ini kita kenal. Dalam perkembangan berikutnya pada awal dekade 1980-an lahirlah Walkman yang dibuat oleh perusahaan elektronik dari Jepang yaitu Sony. Perusahaan ini membuat alat pemutar kaset portable yang ukurannya tak lebih dari ukuran kotak makan.
3.    Digital Recording
Mulai tahun 1980-an teknologi digital recording mulai berkembang. Tahun 1984 Sony memperkenalkan Compact Disk CD yang berbentuk seperti cakram kecil dengan lubang ditengahnya. Ide dari pembuatan CD ini adalah merampingkan bentuk media penyimpan musik populer selama ini yaitu kaset yang dirasa terlalu besar. Disamping itu pengenalan CD ini juga bertujuan untuk membuat kualitas audio yang dihasilkan menjadi lebih baik selain kepraktisan dalam penyimpanan.
Lahirnya CD kemudian diikuti oleh lahirnya VCD dan DVD yang dapat menyimpan bentuk visual bergerak selain dapat menyimpan bentuk audio. Lahirnya CD dan perkembangannya tidak dapat dipungkiri merupakan awal dari revolusi musik digital karena data-data yang disimpan dalam CD adalah data-data audio dalam format digital. Dan pada tahun 1990-an, budaya rekaman sudah mencapai era yang sangat berubah dari budaya awal. Dengan segala kemudahan menggunakan peralatan multimedia, dengan semuanya sudah berupa filedigital, hobbyist dan pemakai komputer biasa sudah bisa merekam dan mengedit materi digital dan me-mixingnya. Musical Instrument Digital Interface (MIDI) juga mengubah bagaimana musik dibuat. Format Audio Digital sendiri banyak sekali macamnya, seperti WAV, AAC, WMA, Ogg Vorbis, Real Audio, MIDI dan tentu saja yang paling populer adalah MP3.
MP3 yang secara teknis disebut MPEG 1 Audio Layer3 lahir dari kerjasama antara tim dari Fraunhofer Institute Jerman dan Digital Audio Broadcasting (DBA). Proyek mereka ini diberi nama EUREKA EU147. Kerjasama yang dimulai pada tahun 1985 ini ide besarnya adalah membuat format audio yang serealistik mungkin dengan ukuran file yang sekecil mungkin. Tim yang diketuai oleh Profesor Dieter Seitzer dan Profesor Heinz Gerhauser akhirnya menemukan algoritma yang dapat menangkap berkas suara yang tidak tertangkap telinga. Berkas suara ini sendiri dapat dimampatkan sebesar 1/10 dari ukuran semula. Algoritma yang bernama ISO-MPEG Audio Layer-3 (IS 11172-3 dan IS13818-3) ini kemudian distandarisasi secara global dengan Moving Picture Experts Group (MPEG) agar dapat diterima secara internasional.
Ditahun 1995 tim dari Fraunhofer Institute Jerman membuat Wimplay yang merupakan pemutar musik versi Windows yang bisa memecah algoritma MP3 sehingga dapat dinikmati secara realtime. Wimplay inilah yang menjadi cikal bakal Media player yang terdapat di Personal Computer.Dalam perkembangannya berikutnya lahirlah iPOD yang merupakan pemutar MP3 portable yang digagas oleh Steve Jobs yang merupakan CEO Apple inc.
Maksud didirikannya Radio adalah untuk menyampaikan berbagai informasi kepada masyarakat yang menjadi wilayah jangkauan penyiaran Radio Sedangkan tujuan didirikannya Radio adalah :
Ø Untuk menumbuhkan dan mengembangkan semangat berbudaya dalam diri masyarakat;
Ø Untuk meningkatkan pemberdayaan seluruh potensi yang ada sehingga akan mampu mendorong percepatan perubahan kearah yang lebih maju;
Ø Untuk membantu kegiatan masyarakat dalam berbagai sektor seperti kegiatan bidang ekonomi, sosial, budaya, informasi, dan lain-lain;
Ø Sebagai media pembelajaran dan ajang pendidikan masyarakat dalam kehidupan bernegara, berdemokrasi dan bermasyarakat sehingga tatanan, kemajuan pola pikir, serta dinamika kehidupan akan tertanam dengan lebih mapan dalam diri masyarakat;
Ø Untuk memacu percepatan pembangunan di bidang sosial, ekonomi, budaya, dan demokrasi rakyat.
D.     Jenis Siaran Radio
Jenis-jenis siaran radio dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu ditinjau dari segi frekuensi, gelombang dan dari penyelenggara.
1.         Berdasarkan frekuensi
Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam selang waktu yang diberikan. Untuk memperhitungkan frekuensi, seseorang menetapkan jarak waktu, menghitung jumlah kejadian peristiwa, dan membagi hitungan ini dengan panjang jarak waktu. Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan hertz (Hz) yaitu nama pakar fisika Jerman Heinrich Rudolf Hertz yang menemukan fenomena ini pertama kali. Frekuensi sebesar 1 Hz menyatakan peristiwa yang terjadi satu kali per detik.
o  Amplitudo Modulasi (AM)
Saluran AM merupakan saluran yang pertama kali digunakan dalam teknologi penyiaran. Menurut ketentuan internasional, saluran AM berada pada blok frekuensi 300-3000 KHz. Pada sistem AM, sinyal informasi mengubah-ubah amplitude gelombang pembawa, namun frekuensinya tetap. Dalam memancarkan sinyal, saluran AM memanfaatkan gelmbang elektromagnetik bumi atau yang disebut dengan ground waves dan juga gelombang udara atau sky waves. Kedua jenis gelombang ini dapat membawa sinyal ke wilayah yang sangat jauh. Itu sebabnya mengapa radio Am mampu menyampaikan siarannya hingga ke tempat yang sangat jauh.
o  Frekuensi Modulasi (FM)
Saluran FM ditetapkan secara internasional berada pada blok frekuensi VHF (very high frequency), yaitu 30-300 MHz. Di Indonesia, rentang pita frekuensi yang dialokasikan untuk siaran FM berada diantara 87,5 – 108 MHz. Pada wilayah frekuensi ini secara relatif, bebas dari gangguan baik atmosfir maupun interferensi yang tidak diharapkan. Jangkauan dari sistem modulasi ini tidak sejauh, jika dibandingkan pada sistem modulasi AM dimana panjang gelombangnya lebih panjang.
Luas wilayah yang dapat dicakup siaran FM merupakan kombinasi dari daya watt dan tinggi tiang pemancar. Semakin tinggi daya watt stasiun FM, semakin tinggi tiang pemancar, maka semakin kuat sinyal yang dipancarkan.
Keunggulan saluran FM dibandingkan AM adalah pada kualitas suara yang sangat bagus. Saluran ini nyaris bebas dari gangguan udara.
2.         Berdasarkan Gelombang
Ø Gelombang panjang (long wave)
Gelombang jenis ini memiliki signal yang panjang sehingga mampu menjangkau range area yang sangat luas. Kerugian dari gelombang ini adalah :
a.     Memerlukan daya listrik yang sangat besar sehingga mahal dalamoperasionalnya.
b.    Karena jenis gelombangnya panjang dan lebar menyebabkan rentan terhadapgangguan (noise).
Ø Gelombang pendek (short wave)
Gelombang yang menggunakan udara sebagai mediator. Gelombang ini mempunyai ruang frekuensi yang sangat lebar yaitu dari 1600 KHz sampai 30.000 KHz.
Jenis gelombang ini adalah SW (short wave). Keuntungan dari gelombang ini adalah :
a.       Mampu menjangkau wilayah (coverage area) yang luas
b.      Banyak digunakan oleh pemancar internasional atau antar benua.
Sedangkan kerugiannya sebagai beikut :
a.    Banyak noise-nya khususnya dari matahari, cuaca, udara, halilintar dsb.
b.    Suara manusia dapat didengar dengan baik tetapi pengguanaan sound effectkehilangan mutu kulitasnya (kabur).
Ø Gelombang medium (medium wave)
Gelombang yang menggunakan permukaan bumi sebagai mediator. Gelombang ini berada pada jalur 540 sampai 1600 KHz. Secara umum kebanyakan gelombang yang dipakai oleh stasiun radio. Jenis yang dipakai oleh gelombang ini adalam AM (amplitudemodulation) dan FM (frequency modulation). Keuntungan dari penggunaan gelombang ini adalah :
a.    Permukaan bumi kurang dipengaruhi cuaca sehingga tidak terjadi noise.
b.    Mutu penyiaran lebih bagus dalam kualitas suara dan sound effect.
Sedangkan kerugiannya :
a.    Tanah menyerap gelombang lebih cepat daripada udara yang menyebabkanjarak jangkauan siaran lebih sempit sehingga memerlukan booster.
b.    Tanah di Indonesia mengandung besi yang cepat menyerap gelombang sehingga merupakan penghantar yang buruk.
3.         Berdasarkan Penyelenggara:
v Radio milik Negara
Sebelum menjadi Lembaga Penyiaran Publik sejak tahun 2000, Radio Republik Indonesia (RRI) berstatus sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) yaitu badan usaha milik negara (BUMN) yang tidak mencari untung. Dalam status Perusahaan Jawatan RRI telah menjalankan prinsip-prinsip radio publik yang independen. Perusahaan Jawatan dapat dikatakan sebagai status transisi dari lembaga Penyiaran Pemerintah menuju Lembaga Penyiaran Publik pada masa reformasi.
Sejak tahnu 2005, RRI resmi menjadi Lembaga Penyiaran Publik, repositioning dari Institusi Pemerintah ini juga ditandai dengan adanya komitmen menyeluruh karyawan RRI diseluruh Indonesia, penulis turut aktif berpartisipasi dalam melakukan diskusi-diskusi internal maupun eksternal, termasuk mengikuti berbagai pelatihan tentang Public Service Broadcasting di dalam dan luar negeri.
v ­Radio public
Sebagai Lembaga Penyiaran Publik, Radio terdiri dari Dewan Pengawas dan Dewan Direksi. Dewan Pengawas yang berjumlah 5 orang terdiri dari unsur publik, pemerintah dan perusahaan. Dewan Pengawas yang merupakan wujud representasi dan supervisi publik memilih Dewan Direksi yang berjumlah 5 orang yang bertugas melaksanakan kebijakan penyiaran dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan penyiaran. Status sebagai Lembaga Penyiaran Publik juga ditegaskan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 11 dan 12 tahun 2005 yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Undang Undang Nomor 32/2002.
Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI dikembangkan/dibangun mengacu pada UU No.32/2002 dan PP.No. 12/2005 sebagai lembaga yang independen, netral dan tidak komersial dan berfungsi melayani kepentingan masyarakat, sebagai corong publik, bukan corong pemerintah. Tugas LPP RRI, menurut PP no 12/2005, adalah memberi layanan informasi, pendidikan, hiburan sehat, kontrol dan perekat social dan pelestari budaya bangsa melalui siaran yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat di wilayah NKRI. Ke luar negeri, siaran RRI bertujuan membangun citra positip bangsa di mata dunia internasional. Sebagai radio publik RRI memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada publik untuk turut merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi operasional siaran RRI melalui dialog interaktif dan pertemuan-pertemuan yang diadakan Dewan dan Direksi serta kepala-kepala stasiun dengan kelompok-kekompok pemerhati RRI dan “citizen journalism” (jurnalisme warga). Keterlibatan public dalam siaran-siaran RRI dicerminkan dengan tagline” Saatnya Anda dengar dan bicara melalui RRI” (Now time to listen to and speak through RRI). Sebagai media massa yang independen, RRI dalam menyajikan informasi, berita terutama, menganut prinsip cover both sides untuk ungkapan kebenaran.
v Radio swasta/komersial
Radio siaran swasta FM dan AM yang dapat digunakan untuk penyampaian informasi  ini dapat dikemas dalam bentuk acara khusus maupun dengan memasukkan pesan ke dalam acara tertentu,  akhirnya memilih radio sebagai sarana untuk mendapatkan finansial, mereka selanjutnya mengemas pelaksanaan siaran dengan konsep ekonomi yang diharapkan akan memperoleh kemanfaatan finansial setelah melakukan kegiatan penyiaran. penyelenggara radio swasta tentunya lebih memfokuskan pada keuntungan, sehingga sesuatu yang wajar kalau mereka tentunya akan menentukan kebijakan pola, strategi, bahkan tempat dalam melaksanakan siaran berpedoman faktor-faktor yang menguntungkan.
Pengelolaan radio swasta berdasarkan hasil rating oleh surveyor dan juga selera/kreativitas pengelola. Kepentingan radio swasta diarahkan kepada segmen pasar yang disasar. Dalam siarannya radio swasta mengikuti keinginan dan selera pasar. Bahasa penyiar dalam radio swasta cenderung mengikuti gaya bicara orang kota (Jakarta).
v Radio komunitas
Radio komunitas adalah stasiun siaran radio yang dimiliki, dikelola, diperuntukkan, diinisiatifkan dan didirikan oleh sebuah komunitas. Pelaksana penyiaran (seperti radio) komunitas disebut sebagai lembaga penyiaran komunitas.
Radio komunitas juga sering disebut sebagai radio sosial, radio pendidikan, atau radio alternatif. Intinya, radio komunitas adalah “dari, oleh, untuk dan tentang komunitas”.
Ada beberapa perbedaan antara radio komunitas dengan radio swasta yaitu, pengelolaan radio Komunitas berdasarkan hasil diskusi dan kesepakatan bersama warga sedangkan pengelolaan radio swasta berdasarkan hasil rating oleh surveyor dan juga selera/kreativitas pengelola. Radio komunitas mengutamakan kepentingan dan kebutuhan warga di wilayah tempat radio tersebut sedangkan radio swasta diarahkan kepada segmen pasar yang disasar. Dalam siarannya radio komunitas menyajikan tema-tema yang dibutuhkan warga setempat sedangkan radio swasta mengikuti keinginan dan selera pasar. Bahasa penyiar dalam radio komunitas mengikuti dialek lokal dan kebiasaan berbicara setempat sedangkan radio swasta cenderung mengikuti gaya bicara orang kota (Jakarta).
Sejak kemunculan teknologi radio, radio komunitas sebenarnya sudah ada. Hanya karena pemahaman konsep tentang komunitas yang belum di ketahui masyarakat maka seolah-olah radio komunitas di Indonesia adalah sesuatu yang baru. Berawal dari hobby dan kebutuhan media untuk melakukan proses sosialisasi, baik yang diawali oleh perorangan ataupun lembaga masyarakat, munculah radio sebagai media yang mempertemukan dan mempersatukan keinginan-keinginan yang tumbuh di masyarakat. Bagi yang akhirnya memilih radio sebagai sarana untuk mendapatkan finansial, mereka selanjutnya mengemas pelaksanaan siaran dengan konsep ekonomi yang diharapkan akan memperoleh kemanfaatan finansial setelah melakukan kegiatan penyiaran. Sampai sekarang mereka kita kenal sebagai radio swasta, baik yang tergabung dalam wadah PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia) maupun ARSI (Asosiasi Radio Swasta Indonesia).
Namun demikian, karena konsep ekonomis yang dilaksanakan sehingga orientasi Konsekuensi logis dari hal tersebut berimplikasi pada tidak terlayaninya kebutuhan masyarakat akan informasi yang mereka butuhkan dan inginkan oleh media yang sudah ada tersebut. Banyak Sekali masyarakat di wilayah nusantara ini yang belum terlayani siaran radio.
Radio Komunitas sebetulnya muncul untuk mengisi keterbatasan dari lembaga penyiaran lain yang belum mampu memberikan dan memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi yang mereka butuhkan.
Secara nyata Radio Komunitas di Indonesia mulai menampakkan keberadaannya kuranglebih tahun 1993 atau 11 tahun sebelum disahkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran yang secara eksplisit menyebutkan Lembaga Penyiaran Komunitas sebagai bagian dari sistem Penyiaran Indonesia.
Radio komunitas sampai saat ini masih menghadapi kesulitan di regulasi. Setelah mendapat pengakuan dari UU Penyiaran tahun 2002, regulasi yang berada di bawahnya seperti Peraturan Pemerintahyang mengatur lebih detail soal perizinan atau frekuensi masih belum mendukung perkembangan radio komunitas.
Adapun keberadaan radio komunitas semakin marak dewasa ini di Indonesia setelah di deklarasikannya Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), pada tahun 2002 atau 3 bulan sebelum UU Penyiaran di sahkan. Sejak itu bermunculan radio komunitas di beberapa daerah. Selanjutnya mereka membentuk jaringan-jaringan wilayah seperti, Jawa Barat, Yogyakarta, Lombok – Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jabotabek, Banten, Lampung, Bali, Padang, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Irian Jaya (Sorong). Agenda utama JRKI adalah advokasi terhadap penyiaran komunitas di Indonesia menuju demokratisasi penyiaran
Database sementara tentang jumlah radio komunitas yang Jaringan wilayahnya tergabung di JRKI berjumlah 276 radio komunitas ( 16 Provinsi) itu belum yang tergabung di Jaringan lain kemungkinan akan sangat banyak. Kalau melihat dari proses diseminasi RPP beberapa waktu lalu, sampai bulan Juni 2004 total partisipan yang terlibat aktif sebanyak 500 radio komunitas tersebar di seluruh Indonesia. Sementara itu yang belum terlibat aktif bahkan belum teridentifikasi sebagai radio komunitas dalam jaringan yang sudah ada seakrang ini kurang lebih 350 radio, sehingga diperkirakan di seluruh Indonesia terdapat kurang lebih 1000 radio komunitas, dengan hampir 60 % atau sebanyak 600 radio komunitas berada di pulau Jawa. Jumlah ini masih sedikit di banding jumlah kecamatan yang ada di Indonesia kalau asumsinya perkecamatan 1 radio komunitas.
v Radio asing
Radio luar negeri yang bisa didegar di Indonesia, biasanya menggunakan jaringan satelit. Biasanya pemancar radio ini menggunakan daya listrik yang jauh lebih tinggi dari stasiun radio lainnya.
E.     Rating Radio
Rating merupakan hal yang penting karena pemasang iklan selalu mencari stasiun penyiaran atau program siaran yang paling banyak ditonton atau di dengar orang. Keberhasilan penjualan barang dan jasa melalui iklan sebagian besar ditentukan oleh banyaknya audien yang dimiliki suatu program.
Rating menjadi indicator apakah program itu memiliki audien atau tidak. Rating menjadi perhatian pula bagi pemasang iklan yang ingin mempromosikan produk atau jasanya. Riset rating meneliti efektivitas program pada saat ditayangkan di stasiun penyiaran. Riset rating pada dasarnya meneliti tindakan audien terhadap pesawat oenerima televise atau radio.
Jika dibandingkan dengan riset non-rating yang lebih bersifat kualitatif, maka riset rating sangat mengandalkan perhitungan kuantitatif. Riset rating jelas lebih rumit daripada riseng non-rating. Maka ada beberapa factor yang harus diperhatikan yaitu :
o  Wilayah Siaran
Pemerintah suatu negara harus dapat menciptakan suatu sistem penyiaran nasional yang memiliki batas-batas wilayah siaran yang tegas dan menghindari terjadinya tumpang tindih siaran.
o  Unit Perhitungan
Penghitungan jumlah audien berdasarkan jumlah rumah tangga pada suatu wilayah merupakan cara perhitungan yang lebih mudah dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan jumlah orang.
o  Konsep Rating
Pengelola stasiun penyiaran pada umumnya sangat peduli pada rating dari suatu program yang ditayangkan di stasiun penyiarannya.
Riset dalam penyiaran radio menerapkan sampel atas tiga aspek penelitian yang meliputi :
1.    Sempel Perilaku
Rangkaian tindakan menghidupkan pesawat televisi, memilih stasiun televisi, dan mematikan stasiun televisi.
2.    Sampel Waktu
Bentuk penyederhanaan yang dilakukan peneliti berdasarkan kenyataan bahwa program siaran ditayangkan berdasarkan waktu yang teratur setiap harinya atau setiap minggunya.
3.    Sampel Orang
Pemilihan beberapa ratus orang atau beberapa ribu orang untuk mewakili pilihan program dari beberapa ratus ribu atau bahkan jutaan orang.
F.      Riset Radio
Peneliti yang tertarik untuk melakukan riset radio harus memahami dua hal :
1.    Daya tarik dari setiap format siaran.
2.    Efektivitas biaya berbagai format.
Tahapan pekerjaan yang harus dilakukan dalam penelitian audien radio adalah sebagai berikut:
1.    Informasi demografis.
2.    Gaya hidup
3.    Penjualan kaset/CD
Peneliti juga harus mengumpulkan informasi menyeluruh mengenai stasiun radio saingan yang meliputi data-data :
1.    Program apa saja yang disiarkan stasiun radio lain.
2.    Rating dari seluruh stasiun radio.
3.    Daya jangkau siaean dari setiap stasiun radio
Jenis riset radio :
1.    Format siaran.
2.    Pilihan musik.
3.    Campuran musik.
4.    Musik yang ditinggalkan
Maka dari itu Sebelum memproduksi suatu program, harus dipahami :
·         SIFAT MEDIA RADIO : auditif, sekilas, dsb....
·         FORMAT STASIUN : News & Talk, Music & informasi, Khusus, Campuran.
·         SEGMENTASI AUDIENCE : geografis, psikografis, sosiologis, demografis, dsb...
·         POSITIONING : Penanaman citra lembaga > tagline “Pro2 Jogja, ajang kreativitas anak muda Jogja”
·         FORMAT PROGRAM/PENYAJIAN PROGRAM : Dialog, Talkshow, Drama/Sandiwara, Uraian, Monolog, Feature, Magazine, Udara, Variety Show, Pagelaran, Chart Music, Kuis, Pnggung, Request, Radio Spot, Tknologi.
G.    Format Siaran Radio
penyelenggara siaran untuk memproduksi acara siaran. Bentuk-bentuk siaran yang teradapat dalam saiaran radio antara lain:
-       Uraian
Uraian radio (straight talk) adalah penyampaian informasi atau pendapat secara langsung yang menyangkut suatu permasalahan secara singkat dengan mengetengahkan satu topic saja yang disampaikan oleh satu orang, misalnya uraian tentang perlindungan tenaga kerja.
-       Berita
Berita adalah informasi baru mengenai peristiwa penting yang baru terjadi yang ada pengaruhnya dan menarik bagi pendengarnya.
-       Majalah Udara
Majalah Udara (Magazine Program) adalah bentuk acara siaran yang megetengahkan berbagai pokok permaslahan dirangkum dalam satu tema. Contoh: topik-topik tentang seks komersial, anak kecil ber-IQ tinggi, perdagangan manusia, penebangan liar, pengembang perumahan dan geothermal hingga lumpur Lapindo dapat dirangkai menjadi sebuah majalah udara.
-       Feature
Feature adalah bentuk acara siaran yang mengupas satu pokok permasalahan ditinjau dari beberapa segi dan digali secara mendalam sehingga pada akhir siaran dapat diperoleh gambaran lengkap tentang topic yang dibahas, contoh topik tentang pelestarian lingkungan hidup. Penguarainya hanya terarah pada cara-cara melestarikan lingkungan yang disajikan secara bervariasi melalui perpaduan berbagai unsure, seperti statement, wawancara, dialog, maupun sandiwara singkat.
-       Drama/Sandiwara Radio
Drama radio adalah konflik antara pelaku yang terangkai dalam satu alur cerita. Penulisan drama radio menyangkut tiga aspek, yaitu: aspek kejiwaan, sosial, dan aspek kesusasteraan. Drama radio merupakan rangkaian padu dari unsure kata, music, dan sound effect.
-       Radio Spot dan Slide Audio
Radio spot adalah suatu penyampaian pesan secara singkat dan dapat langsung pada pokok permasalahan yang dapat disampaikan oleh satu atau dua orang pembawa siaran. Radio spot dan slide radio juga merupakan perpaduan kata, music, dan sound effect.
-       Phone in Program
Acara ini melibatkan pendengar secara langsung dalam siaran melalui sarana telepon. Pendengar yang ikut serta dalam acara ini dapat bersifat spontan dan dapat pula dipersiapkan terlebih dahulu. Yang bersifat spontan misalnya acara ringan seperti pilihan pendengar. Sedangkan yang berat seperti diskusi biasanya dipersiapkan, peserta yang ikut dalam diskusi memastikan benar benar siap beberapa saat di pesawat telepon pada saat siaran.
-       Report News
Siaran fakta, peristiwa dan kegiatan diolah dan disampaikan dengan gaya wibawa.
-       Adlibs
Monolog tanpa ditulis/ditulis, disampaikan secara spontan dengan gaya santai.
-       Pemilihan Materi
Materi atau bahan siaran harus benar-benar sesuai dengan tujuan acara atau sasaran pendengarnya, misalnya dalam acara yang ditujukan untuk masyarakat desa, kurang tepat jika materi yang disajikan menyangkut perkembangan suatu kota. Materi siaran hendaknya menimbulkan kejelasan bagi pendengar, mendukung ataumelawan kebijaksanaan pemerintah. Matri siaran hendaknya tidak menimbulkan kekerasan dalam masyarakat ataumenimbulkan pertentangan (polemik). Materi siaran hendaknya dipilih dengan memperhatikan kepentingan dan ketenteram umum.
-       Penyajian Acara
Penyajian acara menyangkut dua hal pokok, yaitu pengelempokan acara dalam slot-slot (block), jam siaran serta penyajian oleh penyiar/pembawa/artis. Pengelompokan acara dalam jam siaran dilakukan melalui tiga acara: yakni blocking system, capsul system dan campuran (blocking dan capsul system).
Blocking System adalah kebijaksanaan membagi jam siaran kedalam segmen-segmen (blok). Sebuah blok acara biasanya berdurasi 15, 30, 45, atau 60 menit. Blok acara yang satu dipisahkan dari blok acara yang lain melalui musik pengenal acara, materi, bentuk dan teknik penyampaiannya, misalnya, Dinamika Pagi secara nyata harus dapat dibedakan oleh pendengar dari acara Jelita, yang disiarkan sebagai blok acara berikutnya. Setiap blok sedapat mungkin dibawakan oleh penyiar yang berbeda, dengan demikian segmentasi siaran dapat dibedakan dengan jelas.
Capsul System adalah penyampaian acara secara terbuka dengan menyisipkan kapsul kapsul diantara musik/lagu yang disiarkan. Yang dimaksud dengan kapsul adalah keterangan informasi atau statement singkat (30 detik), baik dari orang/tokoh tertentu atau penyiar mengenai hal umum (current affairs) yang menarik dan sedang terjadi pada saat itu atau akan terjadi pada hari berikutnya). Dalam sistem kapsul dari seorang penyiar diperlukan:
·      Kepekaan terhadap peristiwa yang sedang berlangsung pada hari bertugas atau pada kejadian-kejadian sehari sebelumnya/sesudahnya.
·      Kemampuan untuk menghimpun dan menyampaikan hal-hal menarik pada hari itu.
·      Kelancaran berbiacara dan kemampuan menyampaikan gagasan secara adlip (tanpa naskah), teratur, dan pragmatis.
·      Penguasaan istilah, kata dan padanan kata yang memadai.
Kunci keberhasilan sebuah program adalah :
1.      Program yang berbeda dengan radio lain
2.      Program yang berorientasi pada audience
3.      Program yang memiliki kedekatan dengan audience /proximity (geografis – psikologis)
4.      Program yang dijalankan secara konsisten
5.      Program yang menjangkau massal dengan penyampaian personal (akrab)
6.      Program yang penting dan bermanfaat bagi audience
7.      Program yang memiliki deskripsi yang logis.
H.    Konsep Produksi Acara Radio
Produksi siaran radio mengandung beberapa kekuatan utama media, antara lain :
§  Sebagai kekuatan sosial
Dalam pembuatan programnya bisa mengandung hubungan kepentingan yang baik maupun kepentingan yang buruk bagi masyarakat. Acara-acara yang ditawarkan oleh penyiaran radio biasanya mencerminkan ”need and wants” yang bernilai bagi masyarakat.
§  Sebagai alat penting media periklanan
Dalam penyiaran radio, yang memiliki kemampuan untuk meyakinkan pendengar, mengandung tujuan agar masyarakat mendengarkan promosi produk sehingga berdampak pada penjualan produk tersebut. Karena itu, perkembangan penyiaran radio masa kini, lebih berorientasi kepada industri penyiaran yang menghasilkan atau mendapatkan uang.
§  Sebagai sumber informasi
Penyiaran radio juga berfungsi sebagai sumber informasi utama untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Selain hiburan atau musik, acara berita atau informasi adalah jenis program yang disukai oleh masyarakat.
I.        Manajemen Produksi Siaran Radio
Kebebasan berekspresi untuk menciptakan program produksi siaran radio memberikan peluang untuk memunculkan ide-ide kreatif, sehingga suatu program/acara siaran lebih beragam dan dapat dikemas secara baik. Dalam dunia kerdioan katagori program acara siaran sangat banyak dan beragam.
Manajemen produksi siaran radio merupakan suatu proses dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan, presentasi dan evaluasi suatu program siaran. Dalam siaran radio dikenal berbagai format siaran yang menjadi panduan bagi penyelenggara siaran untuk meemproduksi acara siaran.
Produksi siaran radio bertujuan :
Ø Meningkatkan pengetahuan secara teoritis dan kreatif dalam produksi acara siaran di radio.
Ø Meningkatkan ketrampilan dan profesionalitas dalam bidang produksi acara siaran di radio.
Ø Menumbuhkan semangat dan motivasi untuk terus belajar serta mengikuti perkembangan dunia penyaran dalam produksi acara siaran radio.

BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Radio merupakan salah satu bentuk media massa yang banyak digunakan masyarakat untuk mengakses informasi. Radio menurut Ensiklopedi Indonesia yaitu penyampaian informasi dengan pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas yang memiliki frequensi kurang dari 300 GHz (panjang gelombang lebih besar dari 1 mm).
Siaran radio di Indonesia terdiri dari beberapa jenis yang ditinjau dari segi frekuensi, gelombang dan penyelenggara. Frekuensi yang terbagi ke dalam FM dan AM, gelombang terdiri dari long, short, dan medium wave, sedangkan dari segi penyelenggara, terdiri dari negara, swasta, komunitas, dan asing.
Berdasarkan frekuensi, radio terbagi ke dua bagian. Yaitu Amplitudo Modulasi (AM), dimana saluran AM merupakan saluran yang pertama kali digunakan dalam teknologipenyiaran. Menurut ketentuan internasional, saluran AM berada pada blok frekuensi 300-3000 KHz. Pada sistem AM, sinyal informasi mengubah-ubah amplitude gelombang pembawa, namun frekuensinya tetap. Yang kedua yaitu Frekuensi Modulasi (FM), dimana saluran FM ditetapkan secara internasional berada pada blok frekuensi VHF (very high frequency), yaitu 30-300 MHz. Di Indonesia, rentang pita frekuensi yang dialokasikan untuk siaran FM berada diantara 87,5 – 108 MHz. Pada wilayah frekuensi ini secara relatif, bebas dari gangguan. Jangkauan dari sistem modulasi ini tidak sejauh, jika dibandingkan pada sistem modulasi AM dimana panjang gelombangnya lebih panjang.
Dilihat dari segi gelombang, radio memiliki bagian ke dalam long wave, short wave, dan medium wave. Sedangkan dari segi penyelenggara, siaran radio memiliki jenis penyelenggara pemerintah atau negara, swasta atau komersil, komunitas, dan radio asing.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar